Cari Blog Ini

Kamis, 03 Februari 2011

Kerusuhan Mesir dan Presiden Mubarak

Kerusuhan di Mesir oleh Demonstran Kairo, ada berita heboh di kawasan mancanegara, tepatnya timur tengah, mari kita simak berita Mesir Berdarah penyebab kerusuhan di Mesir, keterkaitan Amerika di balik kerusuhan mesir dan nasib WNI di Mesir, Di bawah ini,,
Foto Kerusuhan di Mesir
Foto Kerusuhan di Mesir







Penyebab kerusuhan di Mesir
berikut inilah penyebab kerusuhan Mesir seperti yang dikutip dari Kadri-blog,, Diantara Penyebab kerusuhan Mesir merenggut korban jiwa - Penyebab kerusuhan Mesir adalah Gerakan anti Presiden Hosni Mubarak di seantero Mesir terus membesar. Kompas.com melansir CNN, AP, dan AFP, melaporan, kaum demonstran itu menyesaki Tahrir Square. Kawasan tersebut setidaknya sudah dipenuhi hampir sejutaan warga. Mereka meneriakkan yel-yel meminta agar Presiden Hosni Mubarak lengser.
Para pengunjuk rasa bernyanyi dan berteriak, sementara sebagian lagi memajang plakat dan spanduk berisi pesan anti-Mubarak. Ada juga yang menggantungkan boneka Presiden Hosni Mubarak di lampu lalu lintas di Tahrir Square, diikuti sorak sorai dari pengunjuk rasa.
Sementara itu, kelompok-kelompok oposisi Mesir memberikan dukungan terkait unjuk rasa besar-besaran tersebut. Mereka menyebarkan pamflet-pamflet sebagai ganti diputusnya koneksi internet di seluruh negeri.
“Hari ini kita bersama-sama di Tahrir Square. Ini adalah revolusi kaum muda,” demikian pendapat Georoge Issac, tokoh oposisi dari kelompok Kefaya yang dihubungi per telepon. Dalam Bahasa Inggris, “kefaya” berarti “cukup sudah”. “Kami mendukung dengan satu tujuan, melengserkan Presiden Hosni Mubarak,” tambahnya.
Pada bagian lain, tokoh oposisi Ayman Nour dari Partai Al Wafd juga menyatakan dukungannya terhadap upaya unjuk rasa tersebut. Kendati demikian, belum ada informasi kalau para para tokoh oposisi ikut bergabung dengan para pengunjuk rasa di Tahrir Square.

Demonstran Tak Incar Warga Asing di Mesir
Situasi di Mesir masih mencekam akibat bentrok antara massa pendukung dan massa anti Presiden Mesir Hosni Mubarak di Kairo. Namun para demonstran itu umumnya tidak mengganggu warga asing yang berada di Mesir.
“Walau pun banyak para warga Mesir yang menghadang dengan senjata tajam, tapi selama warga asing masih ada paspor dan tak bermasalah, tidak apa-apa, masih dilepaskan,” ujar seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, Abdul Baits El-abror, seperti yang saya kutip dari detikcom, Kamis (3/2/2011).
Abdul menjelaskan, banyak mahasiswa Indonesia yang masih memilih tinggal di Mesir. Mereka masih ingin melanjutkan studinya di Universitas Al Azhar Kairo. Jika sudah kembali ke Indonesia, mereka merasa kesulitan untuk kembali lagi ke Mesir.
“Kebanyakan WNI, mahasiswa khususnya lebih banyak memilih bertahan dengan alasan pendidikan,” ujar dia.
Abdul menambahkan saat ini para mahasiswa kebanyakan berlindung di kediaman masing-masing. Rata-rata mahasiswa Indonesia memang mengontrak flat atau tinggal di asrama. Mereka tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang sangat mendesak.
“Mereka hanya keluar rumah sekedar untuk membeli sembako dan keperluan lainnya pada pagi hari hingga zuhur,” jelasnya.
Abdul pun mengeluhkan harga sembako yang kian mahal karena banyak toko yang memilih tutup. Biasanya, isy, atau roti khas Mesir yang menjadi makanan pokok sangat mudah ditemukan. Begitu juga dengan kebutuhan sehari-hari. Biaya hidup di Mesir pun terbilang masih cukup murah untuk WNI.
“Karena banyak toko-toko tutup, harga kian melonjak dan barang-barang pun kian menjadi langka,” jelasnya.


Amerika di Belakang Revolusi Mesir
Terjawab sudah siapa yang berada di balik revolusi yang bertujuan menggulingkan Presiden Mesir Hosni Mubarak. Pihak itu tak lain dan tak bukan adalah Amerika Serikat (AS).
Skenario itu telah disusun Washington dengan bertema “perubahan rezim” selama tiga tahun terakhir seperti yang dikutip dari Tempo. Skenario itu sangat matang hingga meledak setelah kesuksesan Revolusi Melati yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali.
Harian Daily Telegraph terbitan Inggris menyebutkan, AS diam-diam mendukung para pemimpin gerakan revolusi Mesir. Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kairo pernah membantu seorang anak muda anti-pemerintah untuk menghadiri konferensi para aktivis AS.
Nama pemuda itu dirahasiakan agar tidak diketahui polisi Mesir.Kemudian,saat datang ke Kairo pada Desember 2008,aktivis itu menuturkan bahwa para diplomat AS menggaet kelompok oposisi untuk merencanakan skenario menggulingkan Presiden Mubarak dan membentuk pemerintahan demokratik pada 2011.
Aktivis tersebut kini telah ditangkap dalam kaitannya dengan demonstrasi yang merebak akhirakhir ini.
Identitasnya tetap dilindungi Daily Telegraph. Sementara, data kabel rahasia diplomatik AS yang dirilis situs peretas WikiLeaks menunjukkan, pejabat Washington menekan pemerintah Mesir agar membebaskan para aktivis antipemerintah yang ditahan.
Dalam data diplomatik disebutkan, pada 30 Desember 2008 Duta Besar AS untuk Mesir Margaret Scobey melaporkan bahwa kelompok oposisi sedang menyusun agenda rahasia “perubahan rezim” yang akan dilaksanakan sebelum pemilu, dan dijadwalkan pada September 2011.
Memo yang dikirim Scobey dikirim ke Kementerian Luar Negeri AS di Washington itu bertanda “rahasia” dan berjudul “(Gerakan) 6 April, kunjungan aktivis ke AS dan perubahan rezim di Mesir”. 
Data kawat diplomatik juga menyebut bahwa para aktivis mengklaim mendapatkan dukungan dari kekuatan oposisi yang menyepakati rencana tidak tertulis untuk transisi menuju demokrasi parlementer.
Mereka ingin mengubah konsep tataran pemerintahan Mesir dengan memperlemah kekuasaan presiden dan memperkuat perdana menteri dan parlemen. Rencananya, aksi itu akan dilaksanakan sebelum pemilu presiden 2011. Sumber kedutaan menyebutkan, rencana tersebut sangat sensitif dan tidak boleh ditulis.  Bagaimanapun, dari dokumen tersebut menunjukkan para aktivis telah didekati para diplomat AS.Para aktivis juga mendapatkan dukungan besar atas kampanye pro-demokrasi dari para pejabat di Washington.  Ya, aksi demonstrasi Mesir kali ini dikendalikan Gerakan Pemuda 6 April, sebuah kelompok di Facebook yang menarik generasi muda dan kelompok terdidik untuk menentang Mubarak. Kelompok ini beranggotakan 70.000 anggota dan menggunakan situs jejaring sosial untuk mengendalikan demonstrasi. 
Meski akhirnya Mubarak memutus semua jaringan komunikasi di negaranya. Mubarak kini menghadapi tantangan paling berat dalam pemerintahannya selama 31 tahun berkuasa.
Sebagai sekutu utama, posisi AS pun serbasulit.Tetapi,AS tetap memainkan standar ganda untuk menutupi skenario revolusi. Itu terbukti ketika Obama berkomentar pada pekan lalu mengenai Mesir. 
Presiden AS Barack Obama dalam reaksi atas demonstrasi di Mesir, menyatakan, “Kekerasan bukanlah jawaban dalam penyelesaian permasalahan di Mesir.” Dia juga menegaskan agar Mubarak menempuh langkah reformasi politik. Bisa dibilang, investasi AS untuk Mesir sangatlah banyak.
Salah satunya adalah militer. AS juga dalam kondisi khawatir karena memikirkan apakah militer Mesir akan berpihak ke Washington atau tidak. Sedikitnya USD1,3 miliar bantuan AS dikucurkan untuk militer Mesir pada 2010.Bantuan untuk pasukan huru-hara dan polisi Mesir berjumlah sekitar USD1 juta. 
“Hubungan dengan militer merupakan suatu hal yang sangat keramat. Militer merupakan elemen penting dalam hubungan dua negara,”ujar Jon Alterman,peneliti di Pusat Kajian Strategi dan Internasional. Washington telah mengancam militer Mesir agar tidak bertindak keras terhadap demonstran.
Suleiman, Masa Depan Mesir?  Revolusi Mesir kini tidak lagi fokus terhadap penggulingan Mubarak.Rakyat Mesir dan dunia internasional mengarahkan perhatiannya terhadap Omar Suleiman. Siapa dia? Suleiman telah dipilih menjadi Wakil Presiden Mesir.Dia pernah menyelamatkan Mubarak ketika diserang teroris di Etiopia.  Penunjukan Suleiman sebagai wakil presiden pada Sabtu 29 Januari lalu merupakan sinyal bahwa dialah calon pemimpin masa depan Mesir yang direstui Mubarak. 
Kedekatan Suleiman dengan militer dan dikenal sebagai pemecah masalah adalah harapan bagi Mubarak yang ingin mempertahankan kekuasaan. Kedua orang tersebut merupakan sahabat lama dan sama-sama dekat dengan Washington.
Para pejabat AS memandang Suleiman sebagai pemimpin transisi nantinya, setelah Mubarak.
Dengan dukungan Ahmed Shafiq, 69, yang ditunjuk sebagai perdana menteri, ditambah dengan Hussein Tantawi yang tetap menjabat panglima militer, maka posisi Suleiman semakin kuat.
“Presiden (Mubarak) memilih seorang pria yang dia percaya ketika dia (Mubarak) sedang digoyang,” ujar Mahmud Shokry, mantan duta besar untuk Suriah dan teman dekat Suleiman,kepada The NewYork Times. 
“Tidak ada keraguan bahwa presiden tidak mengetahui apa yang akan terjadi nanti.” Suleiman, mantan jenderal, menjadi kandidat pemimpin Mesir yang telah diskenariokan kubu Mubarak dan militer.
Jika Suleiman tetap maju,maka publik akan marah karena itu tidak dikehendaki oleh rakyat Mesir.Jika Suleiman jadi presiden, maka demokrasi otoriter dengan dukungan militer akan terus berlanjut.
“Dia (Suleiman) merupakan orang yang keras dan kuat dengan orientasi bisnis. Dia juga merupakan negosiator yang ulung,”ujar Emad Shahin, mantan dosen di American University di Kairo.  Menurut Shahin, setelah aksi demonstrasi besar-besaran ini jelas sekali militer akan mengambil alih.Apalagi, sejarah telah membuktikan bahwa rakyat Mesir memang lebih menghormati militer. Itu disebabkan militer yang menyelamatkan Mesir ketika berperang melawan Israel pada 1967 dan 1973.  Mencari Pemimpin Alternatif Mesir 
Jadi, apakah Suleiman adalah orang yang dipandang Barat mampu menggantikan Mubarak? Jawabannya memang sangat sulit.Barat tidak memfavoritkan Suleiman sebagai pengganti Mubarak yang telah 30 tahun berkuasa meski wakil presiden baru itu tampaknya akan didukung AS. Telunjuk Barat sebenarnya lebih terarah pada Mohamed ElBaradei yang dielu-elukan Barat.
WNI Di Evakuasi Karna kerusuhan di Mesir
Pemerintah Indonesia sudah mengirim pesawat Boeing 747-400 Garuda Indonesia ke Mesir untuk mengevakuasi WNI di negara itu, menurut juru bicara kementerian luar negeri.  Michael Tene mengatakan seperti yang dikutip dari  BBC Indonesia bahwa pesawat yang berkapasitas lebih dari 400 penumpang itu akan tiba di ibukota Mesir, Kairo pada pukul 08.00 pagi waktu setempat atau pukul 13.00 WIB.
Michael juga menambahkan bahwa pemerintah juga sudah menyewa dua pesawat tambahan yang siap berangkat ke Kairo secepatnya.
“Sudah ada dua pesawat yang stand-by, yaitu Boeing 747-400 Lion Air dan pesawat jenis Airbus dari Batavia Air,” ujar Michael.
Pesawat Garuda Indonesia yang telah berangkat diperkirakan akan bertolak dari Kairo pada siang hari namun ia tidak bisa memastikan jadwal kedatangannya di Jakarta secara pasti.
“Mungkin Selasa malam….dan mendarat di Cengkareng,” ujar Michael.
Sementara itu puluhan ribu orang berkumpul lagi di pusat kota Kairo pada hari Senin, yang merupakan hari ke-7 aksi protes anti pemerintah.
Para demonstran juga berjanji akan menghadirkan satu juta massa dalam aksi unjuk rasa di hari Selasa ini.
Pemerintah mengatakan jumlah WNI yang berada di Mesir mencapai 6.000 orang, dan 4.000 orang diantaranya adalah pelajar.

 Sumber : http://hisyamhananto.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar